My Hong Kong Life, Diary TKW Bab 15 (Sholat)

SHOLAT

 

Mendapatkan majikan muslim di sebuah negara semoderen Hong Kong adalah anugerah bagi kita muslimah, itu yang kupikirkan waktu mendengar ada temanku yang mendapatkan majikan asal India yang telah lama tinggal di Hong Kong. Pasti banyak kebebasan yang diberikan karena kesamaan keyakinan, terutama kebebasan menjalankan sholat lima waktu dan memberikan istirahat untuk mengerjakannya. Bisa makan dengan leluasa karena tidak memasak babi.

Nita, berkerudung dengan busana kaos dipadankan dengan celana jeans, dia teman satu apartemen dengan Kathy. “Selamat ya… Mbak dapat majikan muslim ya kata Kathy” ucapku saat bertemu dengannya.

“Weleh… cenhai kiksei-yan na, cou mat tu m ngam keh!” sambut Nita dengan mulutnya yang monyong.

“Ngomong apaan tuh An?” sahut Kathy yang gak paham bahasa kantonis. Kathy yang ex-Singapura mendapatkan bos yang berbahasa Inggris jadi tidak memerlukan belajar bahasa kantonis saat mau berangkat.

“Katanya kesel dan jengkel, yang dikerjai semua dibilang tidak beres, kok bisa?” kukerutkan keningku. Apa mungkin begitu?

“Iya, aku memang tidak masak babi, tapi saat aku masak aku tidak boleh ikut makan bersama mereka, jadi aku harus belanja makanan dengan uangku sendiri dan pekerjaanku rasanya pada nggak bener deh! Mending ikut orang Hong Kong… mau pelit atau cerewet memang sudah wataknya.” Nita pun bercerita panjang dan lebar, hingga membuatku dan Kathy geleng-geleng kok bisa terjadi begitu?

Ayun pun demikian. Saat kontrak ketiganya, bersyukur mendapatkan majikan seorang laki-laki keturunan Persia dan majikan perempuan penduduk Hong Kong dan mereka muslim. Saat selesai tanda tangan kontrak, majikan perempuan memintanya bertanya tapi Ayun hanya diam karena dia kira sesama muslim akan memberikan waktu untuk sholat lima waktu. Waktu bekerja pun tiba.

“Ayun, kalau kamu mau sholat tolong diringkas jadi satu di waktu malam saja!” ucap thai-thai

“Wah… tidak bisa, kalaupun bisa diringkas ya menjadi tiga kali.” Jawaban singkat Ayun dengan kekagetannya.

Ayun pun tidak diizinkan memakai kerudung di dalam rumah maupun saat diajak bosnya belanja. Di luar dugaannya bahwa keluarga muslim di Hong Kong melarangnya memakai kerudung. Dengan gigih dia pun menawar agar kalau keluar tempat kerjanya bisa memakai kerudung walaupun saat di dalam rumah bosnya dia memakai pakaian panjang dan tidak diizinkan menutupi kepalanya.

Akhirnya memang pandai-pandai kita berkomunikasi dan menyampaikan pendapat, siapa tahu peluang untuk menjalankan kewajiban sholat bisa terbuka untuk kita, tapi kalau tidak memungkinkan ya pandai-pandai kita mengatur waktu.

***

Leave A Comment