Menulis Cerita Film

Ketika menonton film, salah satu yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari film tersebut adalah ceritanya. Kemudian timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya menulis cerita film yang bagus. Bagus atau tidak sebuah film tetap bergantung pada selera masing-masing individu, ada yang menyukai cerita dengan genre horor, ada yang menyukai komedi. Adapula yang menyukai film sad ending, dan ada juga yang menyukai happy ending, tempo cerita lambat, tempo cerita cepat dan masih banyak lagi kriteria cerita film lainnya. Namun kali ini kita akan membahas, bagaimana langkah-langkah menciptakan cerita film.

1. Membuat protagonis

Protagonis merupakan elemen penting dalam cerita, dimana protagonist berperan membawakan jalannya cerita, protagonist juga sering diidentifikasikan dengan sudut pandang penonton. Membangun protagonist tentu tidak sesedarhana menciptakan gender dan nama, namun lebih dari itu. Kita akan membangun latar belakang karakter tersebut, menciptakan ciri fisik, membangun psikologi tokoh, dan juga hubungan sosialnya. Terkadang untuk membuat tokoh menjadi hidup kita menambahkan karaakter khusus pada aspek fisik, maupun tingkah laku. Misanya karakter yang memiliki rambut jabarik yang khas, atau karakter yang memiliki gaya bicara yang unik, suara cempreng dsb. Yang pasti karakter ini harus masuk akal. Ketika menciptakan protagonis, kita juga menciptakan mimpi, yaitu hal yang ingin dicapai oleh sang tokoh. Ini bisa berupa banyak hal, bisa cita-cita, bisa cinta, ataupun keinginan heroik menyelamatkan masyarakat.

2. Menciptakan gangguan

Setelah memiliki protagonis, tentu kita meciptakan gangguan agar film ini dapat memiliki cerita. Seperti halnya batman yang akan selalu memiliki musuh, yaitu joker. Tanpa joker tentu film Batman tidak akan seru. Gangguan dalam hal ini tidak melulu karakter, gangguan dapat berupa ancaman yang berasal dari luar tokoh, misalnya dalam film disaster, gangguan yang muncul adalah bencana gunung meletus, banjir dsb. Sedangkan dalam film roman, gangguan dapat berasal dari perbedaan status ekonomi, restu dll. Gangguan ini tentu berkorelasi dengan tujuan dari protagonis.

3. Menciptakan hambatan

Hambatan merupakan hal yang menghambat tujuan protagonist namun berasal dari dalam, seperti keterbatasan yang dimiliki protagonis. Misalnya dalam film Titanic, Jack ingin bersatu dengan Rose, namun memiliki hambatan terkait status sosialnya yang merupakan orang kalangan bawah. Hambatan ini dapat digambarkan sebagai kelemahan dari tokoh protagonis.

4. Menentukan akhir cerita

Setelah menciptakan protagonist, tujuan, gangguan, hambatan, selanjutnya kita menentukan apakah film ini akan berakhir happy ending dengan tercapainya tujuan protagonist, atau sad ending dengan kegagalan protagonis meraih tujuannya.

5. Menciptakan latar

Selanjutnya kita membangun latar cerita, baik dari segi waktu, tempat dan suasana. Misalnya cerita romansa tahun 70-an, tentu akan berbeda dengan romansa di tahun 2000. Seperti halnya di tahun 70-an cerita tentang perjodohan, kasta, dan status sosial, tentu berkaitan erat dengan adat yang masih dijunjung tinggi dimasyarakat. Namun di era sekarang percintaan lebi dibumbui dengan kasus perselingkuhan, yang mungkin sering dikaitkan dengan kemajuan teknologi seperti media sosial dll. Tentu menentukan alur ini menjadi poin penting dalam membangun cerita.

6. Merumuskan ide pokok dan tema

Ide pokok adalah kalimat atau gagasan yang hendak disampaikan pembuat film, sedangkan tema adalah pernyataan tentang SIAPA tokoh yang ada di dalam cerita, dan BAGAIMANA ia bertindak dalam peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Contohnya, Ide Pokok: Cinta tidak mengenal perbedaan status sosial; Tema: Tentang seorang remaja yang jatuh cinta pada nenek-nenek.

7. Membuat sinopsis.

Dari tema cerita yang merupakan pondasi cerita ini kita membentuk sinopsis atau ringkasan cerita. Dalam sinopsis, harus memuat: latar belakang tokoh, persoalan yang muncul dan harus dihadapi si tokoh, konflik yang terjadi pada si tokoh, hasil akhir yang dicapai oleh si tokoh.

Referensi:

Armantono. 2011. Tujuh Langkah Mengarang Cerita. Jakarta: Nalar

Penulis: Annisa Rosalina

Leave A Comment