DASAR PENULISAN NASKAH I : PLOT

Menonton cerita dalam film tentu selalu berawal dengan bagaimana cerita tersebut bermula, kemudian kita mengikuti plotnya hingga sampai pada akhir cerita tersebut. Dalam penulisan naskah, kita mengenal hal tersebut sebagai plot atau alur. Aristoteles pernah menjelaskan konsep tentang beginning, middle, dan ending dalam puisinya. Sama halnya dengan film, mayoritas penulis membaginya dalam 3 babak, yaitu

  1. Beginning atau Babak 1

Pada babak pertama atau seperempat awal dari durasi film merupakan saat dimana penulis membangun set-up dan pertanyaan. Seperti  Tentang siapa cerita itu? Dimana cerita itu? Kapan cerita itu? Apa yang terjadi pada tokoh utama? Mengapa ‘apa’ bagi tokoh utama sangat penting?

Babak pertama penulis membangun bagaimana karakter dari tokoh utama, hingga kerumitan apa yang ia hadapi. Hal ini diperlukan untuk menabur benih harapan di penonton. Seperti karakter Seong Gi-Hun dalam serial Netflix Squid Game, digambarkan sebagai karakter ayah yang sangat payah, usai bercerai dirinya hanya bergantung pada sang ibu dan berjudi. Namun  karakkter Seong Gi-Hun sangat menyayangi putri semata wayangnya. Disitu akhirnya dia berusaha dengan segala cara untuk bisa mendapatkan banyak uang agar dapat mengambil hak asuh sang putri, hingga bergabung dalam Squid Game.

Dari babak pertama kita mengetahui cerita ini tentang Seong Gi Hun, yang terjadi di Korea waktu terkini. Apa yang terjadi pada Seong Gi Hun, mulai dari cerita perceraian hingga ingin merebut hak asuh akan menjadi ‘apa’, sehingga mendorong cerita berkembang menjadi mengapa ‘apa’ penting, dan ‘apa’ tersebut menjadi goal dari karakter, yang kemudian berkembang menjadi aksi atau ‘bagaimana’ cerita berjalan.

 

  1. Middle atau Babak 2

Pada babak 2 atau setengah dari cerita akan menjadi titik di mana karakter utama menghadapi konfrontasi dan masalah. Babak kedua film tujuannya adalah untuk menggambarkan pengujian, pembelajaran, dan pertumbuhan karakter untuk menang atas kekuatan negatif yang melawannya. Babak kedua film haruslah dibangun semenarik mungkin, cerita yang tidak dapat diprediksi namun logis dalam rangkaian peristiwa sebab-akibat. Sebuah emosi yang naik turun, sehingga dapat mempertahankan perhatian penonton pada perjuangan karakter utama.

Menuju klimaks, penonton dituntun untuk mengajukan pertanyaan yang lebih emosional tentang kesuksesan atau kegagalan. Berfokus pada keadaan yang memburuk di mana karakter utama harus secara aktif membuat babak edua tidak “kendur.” Setiap peristiwa, setiap adegan harus menuntut perhatian penonton untuk mempertahankan pengalaman perjalanan karakter utama. Peristiwa tersebut tidak hanya harus menimbulkan bahaya, tetapi juga harus memicu emosi penonton. Penonton harus secara bergantian menginvestasikan perhatian dan simpati yang terinternalisasi dengan pengalaman para karakter. Film yang sukses adalah yang dapat memainkan emosi penonton.

 

  1. Ending atau Babak Ketiga

Pada babak ketiga atau seperempat akhir film memuat kepuasan dan akhir cerita. Babak ini adalah puncak atau penyelesaian dari semua yang telah terjadi sebelumnya. Karakter utama bersiap untuk “pertempuran” Klimaks. Akhir cerita relatif bisa diprediksi. Namun, ketegangan, risiko, dan harga pertempuran harus selalu tetap dipertanyakan sampai akhir ketika satu sisi atau sisi kekuatan positif atau negatif lainnya menang. Babak ketiga harus menjadi kesan abadi yang definitif yang dapat dirasakan penonton secara logis. Akhir cerita itu harus memicu imajinasi penonton, membayangkan bagaimana karakter hidup di dunia “setelah cerita”.

 

Referensi

Walker, J. Sally. 2012. Screenwriting Secrets in Genre Film. The Fiction Works

Leave A Comment