Film Kekerasan Terhadap Anak (1)

Hai Guys… Assalamualaikum,

Ini adalah film fiksi pendek yang saya sutradarai. Temanya mengenai kekerasan terhadap anak.

Sinopsis :

Jatuh cinta pada seseorang yang kita sukai bukan lah menjadi perkara salah atau benar. Tapi kalau di ingat-ingat nasehat orang tua jaman dulu ada benarnya juga “kalau cari pasangan itu dilihat dari bibit, bebet, dan bobotnya, jangan malah asal pilih” apalagi jika ditambah pergaulannya yang tidak jelas. Latar belakang cowok tersebut pun harus benar adanya. Sehingga jangan sampai kamu termakan dengan yang namanya Cinta Buta.

 

 

Jika seperti itu nantinya kamu akan menyesali perbuatan mu. Seperti hal nya Sari yang ada di dalam film pendek ini. Dia termakan Cinta Buta nya dari Rudi. Sehingga dengan tidak sadar atau khilaf ia melakukan sesuatu yang sangat tidak senonoh. Semua orang disekitarnya pun merasa kecewa terhadapnya.
Teman sekolah pun sampai mencibirnya kesana kesini. Banyak sekali omongan yang terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Tapi itu lah pergosipan, jika tidak ada bumbu-bumbu tambahan rasanya akan menjadi sangat hambar. Pihak sekolah pun sudah angkat tangan mengenai masalah ini. Perutnya sudah membuncit, tak bisa lagi untuk ditutupi, mau bagaimana pun caranya. Demi nama baik sekolah, dia pun di keluarkan dari sekolah. Padahal sayang sekali, dia termasuk siswi yang pintar disekolahnya. Bahkan untuk masuk bisa di terima di sekolahnya pun dia harus menggunakan jalur akselerasi.
Begitu pun kedua orang tua nya. Mereka sudah sangat merasa gagal dalam mendidik dan membimbingnya. Rasa kecewa berkecamuk. Ditambah lagi anak gadis satu-satunya itu melakukan hal yang tak pernah diduga. Setelah di cari tau tentang Rudi, ternyata orang tuanya kini pun tau kalau Rudi tidak hanya menghamili Sari, tapi kerabatnya pun juga.
Masih sangat dibilang belia usianya. Seharusnya masih asik bermain dengan teman sebaya nya. Tapi malah kini yang ia dapatkan hanya rasa kecewa dengan dirinya sendiri pula. Diumur dia yang ke empat belas tahun sudah harus menampung segala resikonya. Menikah, mengurus anak dan suami, serta pula mengurusi urusan rumah tangga.
Kita tidak pernah tau apakah mental seseorang tersebut dapat siap untuk menerima itu semua ?. Atau kah ia hanya menjalani tatkala ini memang lah sebuah konsekuensi untuknya. Entahlah, yang pasti kini di usia nya yang masih muda itu dia harus membuang semua mimpi-mimpi nya. Merelakan mimpinya musnah demi menjalankan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Malang sekali.

 

– Ambar, BBBF

Leave A Comment